Sumber : Ant, Xinhua, Oana
WASHINGTON, KOMPAS.com — Presiden AS Barack Obama, Selasa (6/3/2012), membantah pendapat bahwa Washington harus memutuskan dalam waktu dua bulan ke depan apakah akan melancarkan serangan terhadap instalasi nuklir Iran. Obama mengatakan, perang "bukan sebuah permainan".
Dalam jumpa pers di Gedung Putih, Obama kembali menyatakan, ia yakin "jendela kesempatan" tetap ada pada tahap ini bagi penyelesaian secara diplomatik sengketa mengenai program nuklir Iran yang kontroversial. "Bukan itu pandangan saya. Itu (perang segara) pandangan para pejabat senior intelijen kami. Itu pandangan para pejabat senior intelijen Israel," katanya.
Ia menyatakan, Iran "merasakan gigitan" dari sanksi yang melumpuhkan yang diberlakukan terhadap negara Persia tersebut dan secara politik terkucil. "Pendapat itu bahwa bagaimanapun ada pilihan yang harus kami ambil dalam satu atau dua pekan ke depan atau satu-dua bulan, tak didukung fakta," kata Obama.
Ia mengecam para lawan politiknya karena "sikap serampangan" mereka dalam membicarakan perang dengan Iran. Ia mengatakan, perang punya dampak bagi kehidupan rakyat, keamanan nasional, dan ekonomi Amerika. "Orang-orang itu tak memiliki banyak tanggung jawab. Mereka bukan panglima tertinggi," tegas Obama. "Ini bukan sebuah permainan, dan tak ada yang asal-asalan mengenai hal itu."
Namun, Obama gagal membujuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam pertemuan mereka di Gedung Putih, Senin lalu, untuk menahan aksi militer sepihak terhadap instalasi nuklir Iran dalam beberapa bulan mendatang. Presiden AS itu telah mendesak Netanyahu untuk memberi lebih banyak waktu agar diplomasi dan sanksi berhasil.
"Tak seorang pun dari kita bisa menunggu lebih lama lagi," kata Netanyahu kepada American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), kelompok lobi pro-Israel yang sangat berpengaruh di Washington, pada Senin malam. "Sebagai Perdana Menteri Israel, saya takkan pernah membiarkan rakyat saya hidup di bawah bayang-bayang pemusnahan," kata Netanyahu.
Dalam keterangan pers di Gedung Putih itu, Obama kembali mengatakan, Israel adalah negara berdaulat yang harus mengambil keputusan sendiri mengenai cara terbaik untuk memelihara keamanannya. "Seperti yang saya telah katakan dalam beberapa hari terakhir, saya sangat sadar preseden sejarah yang membebani setiap Perdana Menteri Israel, ketika mereka berpikir tentang potensi ancaman terhadap Israel dan tanah air Yahudi," katanya.
Namun, ia mengingatkan tentang aksi militer yang terlalu dini dan mengatakan, itu bukan hanya masalah konsekuensi bagi Israel, tapi juga buat Amerika Serikat. "Saya pikir ini sangat penting bagi kita untuk berhati-hati, bijaksana, melakukan pendekatan secara sadar dengan apa yang merupakan masalah nyata," katanya.
Ia kembali mengatakan, dirinya tidak sedang mengupayakan kebijakan penahanan diri, tapi kebijakan untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir. Ia juga mendesak Iran agar datang ke meja dan berunding dengan cara "yang jelas dan terang-terangan" demi membuktikan kepada masyarakat internasional tentang keinginan damai dari program nuklirnya. "Karena jika mereka meraih senjata nuklir yang dapat memicu perlombaan senjata di kawasan, itu akan merusak tujuan nonproliferasi kita, itu bisa berpotensi jatuh ke tangan teroris," jelasnya. "Mereka tahu bagaimana melakukan itu (berunding)," lanjut Obama.
0 komentar:
Posting Komentar